“Negeri Khayal” memiliki potensi pariwisata yang beragam, dari keindahan alam, adat istiadat dan keramah tamahan penduduknya hingga kesiapan sarana dan prasarana pendukungnya. Melihat potensi tersebut pemerintah setempat mengundang konsultan terkondang dari “Negeri Impian” untuk merencanakan pariwisata di kawasan tersebut. Singkat kata konsultan menyelesaikan tugas perencanaan dengan baik. Seiring perjalanan waktu, dalam pelaksanaannya penguasa setempat sering kali mengintervensi perencanaan yang sudah dibuat. Kawasan yang mestinya dikonservasi dirubahnya menjadi kawasan villa mewah. Permukiman tradisional digusurnya menjadi “amenity core” dengan argumentasi antara lain bahwa hal ini dapat mendongkrak pemasukan “fulus” ke kas daerah.
Suatu saat anda diundang oleh “Universitas Halusinasi” untuk menjadi nara sumber dalam seminar akademis untuk membahas fenomena tersebut diatas dari sudut pandang “Perencanaan Pariwisata”
Coba paparkan materi apa yang anda akan paparkan menyikapi fenomena tersebut di atas (tentunya menggunakan pendekatan ilmiah utamanya teori-teori perencanaan yang telah didapatkan)
fenomena tersebut sangatlah disayangkan terjadi karena diera modernisasi dan globalisasi ini yang menimbulkan perkembangan yang sangat pesat diberbagai sektor khususnya pariwisata, daerah- daerah yang seharusnya menjadi daya tarik dan ruang terbuka hijau harus tergusur dengan bertumbuhnya bisnis-bisnis yang bertolak belakang dengan sustainable tourism ataupun ekotourism yang mana menjunjung tinggi dan mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu tempat sumber daya alam dan lingkungan, sehingga kelestarian keberadaan dan fungsinya dapat terjaga, serta warga lingkungan sekitar mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Menurut saya “negeri Khayal” sangat berpotensi dijadikan sebagai ODTW karna seluruh aspek yang ada dapat mendukung berjalannya kegiatan pariwisata, akan tetapi jika hal yang terjadi tersebut (alih fungsi daerah tersebut menjadi komplek villa mewah) tidak dapat dihindari, perlu adanya kesepakatan bersama antara seluruh pihak terkait, baik pemimpin daerah tersebut, penguasa setempat dan masyarakat sekitar perlu diadakannya negosisasi untuk mempertimbangkan kembali dampak-dampak yang akan dirasakan seluruh pihak dimasa depan jika seluruh area tersebut dijadikan komplek villa mewah.
Alangkah baiknya jika pembangunan villa mewah tersebut di imbangi dengan mempertahankan keaslian dan keaneka ragaman dan keadaan alam sekitar dengan, sehingga negeri khayal dapat sekaligus dijadikan agrowisata.
Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata
Menurut Simonds (1983), proses perencanaan lanskap secara umum dibagi menjadi commision, riset, analisis, sintesis, konstruksi dan pelaksanaan. Sedangkan konsep perencanaan wisata dibagi menjadi tiga skala yaitu, perencanaan tapak (siteplan), perencanaan daerah tujuan (destination plan) dan perencaaan regional (regional plan) (Gunn 1994). Dalam perencanaan pengembangan pariwisata dikenal berbagai konsep, salah satunya adalah konsep market driven dan product driven. Konsep market driven lebih menitikberatkan pada keinginan wisatawan dan perilaku pasar sebagai landasan pengembangan. Sedangkan konsep product driven lebih menitikberatkan pada pengembangan produk wisata. Kondisi dan keunggulan produk atau obyek dan daya tarik wisata (ODTW) sebagai landasan utama dalam pengembangan (Chafid Fandeli, 2000 10 dalam Khopsun 2007).
Adapun aspek-aspek yang perlu diketahui dalam
perencanaan pariwisata menurut Yoeti (2005) adalah sebagai berikut:
1) Wisatawan
Hal yang perlu diketahui dari aspek ini adalah mengenai wisatawan yang diharapkan datang ke lokasi obyek wisata.
2) Transportasi
Aspek ini berkaitan dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang dapat digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata. Atraksi dan fasilitas pariwisata tidak dapat dinikmati oleh wisatawan secara penuh apabila infrastruktur tidak dibangun.
3) Atraksi/Obyek Wisata
Seluruh komponen yang ada dalam suatu ODTW diharapkan dapat menjadi atraksi. Dalam suatu daerah tujuan wisata, terdapat beberapa atraksi dari kekayaan alam dan sebagian atraksi buatan. Atraksi buatan ini daya tariknya sengaja dibuat untuk memenuhi keinginan wisatawan.
Menurut Yoeti (2005), obyek/atraksi wisata yang akan dijual kepada wisatawan setidaknya memenuhi tiga syarat berikut:
a. Apa yang dapat dilihat (Something to See),
b. Apa yang dapat dilakukan (Something to Do),
c. Apa yang dapat dibeli (Something to Buy).
4) Fasilitas Pelayanan
Fandeli (2001) menyebutkan ada tiga macam fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan. Ketiga fasilitas tersebut adalah tempat penginapan, makan dan minum, dan pelayanan terhadap keinginan wisatawan berkait dengan cinderamata atau souvenir.
5) Informasi dan Promosi
Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara-cara memberikan informasi, publikasi atau promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan agar datang kesuatu lokasi obyek wisata.
Pembangunan Negeri Khayal menjadi Pariwisata Berwawasan Lingkungan (Agrowisata)
Perencanaan pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan selain harus menjamin keberlanjutannya juga harus terkait dengan aspek pendidikan dan partisipasi masyarakat lokal. Jaminan keberlanjutan ini tidak hanya sustainable dari aspek lingkungan saja namun juga sosial, budaya dan ekonomi. Dalam melakukan pembangunan pariwisata perlu adanya pengembangan produk dalam suatu kawasan wisata untuk mewujudkan pariwisata berawasan lingkungan. Mengutip pendapat Fandeli (2000) dapat dirinci terdiri atas:
1. Atraksi.
Atraksi-atraksi yang dikembangkan dipilih yang memiliki nilai jual tinggi baik atraksi alam, heritage, budaya dan buatan.
2. Infrastruktur (fasilitas, utilitas).
Pembangunan fasilitas dan utilitas dibangun sesuai dengan budaya dan tradisi lokal serta terpadu dengan lingkungannya.
3. Kelembagaan.
Kelembagaan lokal diperkuat dan diberikan peranan yang lebih besar.
4. SDM (Sumberdaya Manusia)
Pariwisata pada dasarnya menjual keindahan maka kualitas SDM sangat menentukan keberhasilan sesuai dengan sasarannya.
5. Aspek ekonomi.
Ekonomi yang dikembangkan adalah ekonomi kerakyatan. Penghasilan
kawasan dimaksud untuk dapat mempertahankan atau mengkonservasi
kawasan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
6. Lingkungan.
Kawasan dikaji kelayakannya utamanya dampak positif dan dampak negatif yang akan muncul. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan instrumen untuk mengkaji dampak lingkungan dan bagaimana menanganinya. Sementara daya dukung dipergunakan untuk mempertahankan kualitas atraksinya.
Agrowisata
Sebagai Negeri khayal yang memiliki potensi pariwisata yang beragam, dari keindahan alam, adat istiadat dan keramah tamahan penduduknya hingga kesiapan sarana dan prasarana pendukungnya.jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional.Komoditas pertanian, tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan (hutan alami dan budidaya), peternakan dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai agrowisata.
Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian.
Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produkproduk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan sinyal tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligusmembuka peluang bagi pengembangan produk-produk agrobisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.
Agrowisata merupakan salah satu usaha bisnis dibidang pertanian dengan menekankan kepada penjualan jasa kepada konsumen. Bentuk jasa tersebut dapat berupa keindahan, kenyamanan, ketentraman dan pendidikan. Pengembangan usaha agrowisata membutuhkan manajemen yang prima diantara sub sistem, yaitu antara ketersediaan sarana dan prasarana wisata, obyek yang dijual promosi dan pelayanannya. (http://www.panduan-bisnis-internet.com/bisnis/agro_bisnis.html).
Perencanaan Agrowisata Berwawasan Lingkungan Negeri Khayal
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning yaitu pengorganisasian masa depan untuk mencapai tujuan tertentu (Inskeep1991).
Perencanaan merupakan aktifitas moral. Melalui interaksi dan komunikasi, perencanaan bersama dengan masyarakat membantu merumuskan masalah, menetapkan tujuan, analisis kondisi, mencari alternatif solusi, memilih alternatif terbaik, mengkaji alternatif terbaik dan mengimplementasikan, Sedang pengertian perencanaan mempunyai rentang pengertian yang sangat luas dan beragam.
Rencana pengelolaan agrowisata merupakan alat untuk menetapkan dan pengkaji keseluruhan kebijakan yang akan diambil untuk mewujudkan agrowisata.
Perencanaan agrowisata negeri khayal mencakup berbagai subyek, seperti bagaimana pariwisata harus dikelola dengan baik, meminimalisasi dampak, meyusun pola dan arah pengembangannya. Untuk mewujudkan rencana agrowisata berwawasan lingkungan ini diperlukan integrasi dengan rencana lain (perencanaan pengolahan tanah (pembagian antar pembangunan villa dengan memeprtahankan keadaan lingkungan (perkebunan/persawahan), perencanaan jenis tanaman yang pada saat ini telah ada namun belum dikelola sebagai tanaman berdaya tarik wisata, perencanaan budidaya tanaman, yaitu usaha jenis-jenis tanaman tertentu, dan beberapa perencanaan lainnya) dalam kaitannya dengan pembangunan agrowisata. Mengingat kompleksitas proses perencanaan yang mengintegrasikan berbagai kepentingan dan kebijakan, terdapat beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan negeri khayal.
Dalam Fandeli (2001), terdapat arah pengembangan dasar kebijakan ekowisata yang dapat diterapkan dalam kebijakan agrowisata, antara lain:
1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya.
2. Agrowisata bergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang baik. Keduanya menjadi fondasi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan kualitas kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata.
3. Keberadaan organisasi yang mengelola agar tetap terjaga kelestariannya, berkaitan dengan pengelolaan yang baik dari dan untuk wisatawan; saling memberikan informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat lokal dan mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai.
4. Di kawasan agrowisata, wisatawan menikmati seluruh fasilitas yang ada, dan aktifitas kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan baru dalam berwisata hanya saja tidak semua kebutuhan wisatawan tersebut dapat dipenuhi karena dalam beberapa hal mungkin terdapat harapan yang tidak sesuai dengan kondisi agrowisata yang bersangkutan.
5. Wisatawan cenderung mengharapkan kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan mereka tidak selalu tertarik pada pelayanan yang murah harganya.
6. Keinginan wisatawan cenderung bermacam-macam tergantung karakteristik wisatawan, tidak semuanya dapat dipenuhi.
7. Perencanaan harus lebih cepat dilakukan dan disempurnakan terus-menerus seiring dengan perkembangan pariwisata, termasuk juga menginventarisir komponen-komponen yang ada di sekitar agrowisata terutama yang berpengaruh terhadap kebutuhan wisatawan. Berdasarkan arah pengembangan dasar kebijakan tersebut diatas, untuk mewujudkan pembangunan agrowisata berwawasan lingkungan perlu adanya perencanaan dan perancangan yang baik, sehingga akan meminimalisasi kemungkinan dampak yang akan timbul dikemudian hari.